Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif
Bersikap proaktif bukan hanya
mengambil inisiatif, tetapi juga bertanggung jawab atas diri sendiri
(di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada
suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku
perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, tidak bersikap
reaktif, tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan
mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik –
kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas – dan
dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan
perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup
mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil
setiap orang.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nikmat
suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri mengubah keadaan dirinya.” (
Al-Ra’du 13 : 11 )
Namun ingatlah bahwa semua takdir itu pasti
berasal dari Allah swt. Maka janganlah lupa berdoa walaupun kita sudah
mengambil sikap proaktif.
“Tidak ada yang bisa mengubah qadhanya Allah kecuali doa.” ( HR. Tirmidzi )
“Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya doa kalian Aku jawab.” ( Al-Mu
’min 40 : 60 )
Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir
Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya
masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap
proyek secara mental. Mereka menjalani kehidupannya hari demi hari bukan
tanpa tujuan-tujuan yang jelas. Mereka yang mengidentifikasi
prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang
paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen untuk
melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari
penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu,
keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama,
karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya
kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.
Setiap muslim pasti berorientasi pada akhir (hidupnya) yang khusnul khatimah (akhir yang baik).
“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya” [HR Bukhari dan selainnya]
“Setiap hamba dibangkitkan sesuai dengan kondisi saat ia meninggal.” (HR. Muslim no. 2878)
“Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh.” (QS. Yuusuf: 101)
“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah
kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (QS. Al-A’raaf: 126)
Beberapa doa,
Allaahummaj’al khayra ‘umrii aakhirahu wa khayra ‘amalii
khawaatiimahu wa khayra ayyaamii yawma lliqaa’ika (Yaa Allah jadikanlah
sebaik-baik umurku pada ujungnya dan sebaik-baik amalku pada akhir
hayatku, dan (jadikanlah) sebaik-baik hariku yaitu hari ketika aku
bertemu dengan-Mu (di hari kiamat).” (Hadis riwayat Ibnus Sunny)
Allahumma inna nas aluka khusnul khotimah. Wa naudzubika suul
khotimah. (Ya Allah aku mohon kepadaMu akhir yang baik dan jauhkan aku
dari akhir yang buruk)
Allahummakhtim lanaa bil islaam,
wakhtim lanaa bil imaan, wakhtim lanaa bihusnil khootimah (Ya Allah,
akhirilah hidup kami dengan islam, akhirilah hidup kami dengan membawa
iman, akhirilah hidup kami dengan husnul khotimah)
Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama
Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan
tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda.
Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan.
Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling
penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan
diutamakannya hal yang utama.
Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang
Berpikir menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai
keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam
semua interaksi. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois
(menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam
kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara
saling tergantung – dengan istilah “kita”, bukannya “aku”. Berpikir
menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing
individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan.
Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan,
dan imbalan.
Rasulullah SAW bersabda, “Khairunnas anfa’uhum
linnas”, “Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak
manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami
Dengan mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, dari
pada langsung menanggapinya, maka kita memulai komunikasi sejati dan
membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa
ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk
berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah.
Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut
keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.
Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi
Sinergi adalah menyatukan energi/cara/tindakan untuk fokus ke tujuan –
bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga/gabungan yang lebih
baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan
yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Kekuatan yang
sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara
keseluruhannya lebih besar (1 + 1 = 3 atau lebih), bukan sekedar
kerjasama (1 + 1 = 2). Bukan mengesampingkan sikap saling merugikan (1 +
1 = 1/2), bukan dengan sekedar kompromi (1 + 1 = 1 ½).
Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji
Ini adalah memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang
kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah.
Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan
kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7
menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan
terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan
organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Bagi sebuah keluarga,
Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi
maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang
merangsang semangat pembaharuan keluarga.
Amal yang paling di
cintai oleh Allah adalah amal yang terus-menerus (kontinu/
berkesinambungan) walaupun sedikit.” (HR Muslim)
.
Sumber: 7 HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE PEOPLE – Stephen R. Covey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar