Minggu, 08 Februari 2015

Inilah berbagai penyakit pada bayi akibat susu formula


ASI adalah wujud kasih sayang ibu terhadap buah hati. Namun demikian, masih banyak ibu Indonesia yang lebih mempercayai susu formula daripada ASI. Padahal, dari segi gizi dan manfaat, ada beberapa manfaat ASI yang tidak dimiliki susu formula.
Itu terlihat dari sebuah survei yang dilakukan oleh Proyeksi Indonesia. Survei dilakukan terhadap 200 orang ibu berusia 21 hingga 55 tahun di 5 daerah di Surabaya dengan teknik random sampling. Berdasarkan survei tersebut, 87 persen responden mengaku memberikan susu formula untuk bayi mereka.
Kebanyakan responden memberikan susu formula untuk bayi mereka setelah mereka memberi ASI eksklusif. 42 persen ibu mengaku memberi ASI eksklusif kepada bayi usia 0 hingga 6 bulan. Namun,
selepas usia tersebut, mereka memberikan susu formula kepada bayi mereka.
Meski demikian, masih cukup banyak responden yang menyadari pentingnya memberikan ASI pada bayi mereka hingga usia 2 tahun. 40 persen responden mengaku telah berkomitmen untuk tidak memberikan susu formula kepada buah hati mereka hingga buah hati mereka berusia 2 tahun ke atas.
Yang memprihatinkan, ada pula responden mengakui tidak pernah memberi ASI eksklusif pada bayinya, bahkan memberikan susu formula sejak si buah hati lahir. Pentingnya ASI eksklusif dan peraturan kementerian kesehatan tidak bisa menghentikan penggunaan susu formula. Sebanyak 18 persen responden mengaku telah memberikan susu formula pada bayi mereka, sejak usia 0 bulan hingga 5 tahun.
Beberapa ahli menyebutkan bahwa penggunaan susu formula sebenarnya berdampak buruk pada perkembangan bayi. WHO bahkan telah menyebutkan bahwa susu formula telah lama dikaitkan dengan penyakit serius dan kematian pada bayi. Susu formula disebutkan mudah terkontaminasi bakteri berbahaya seperti Enterobacter sakazakii dan Salmonella enterica.
Mayoritas responden (74 persen) yang memberikan susu formula pada bayinya mengaku buah hati mereka mengalami masalah kesehatan, seperti diare (23%), sulit BAB (14%), panas (9%), dan batuk (6%). Bahkan 22 persen responden mengaku buah hati mereka mengalami gabungan semua masalah kesehatan tersebut. Hanya 26 persen saja yang menyebutkan bayi mereka tidak mengalami masalah setelah mengkonsumsi susu formula.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Alison Stuebe, dokter dari University of North Carolina menyebutkan bahwa bayi yang tidak mendapat ASI lebih rentan terserang penyakit. Penyakit tersebut misalnya infeksi telinga, infeksi perut, pneumonia, resiko obesitas, leukimia, dan diabetes.
Lebih lanjut lagi, Stuebe meneliti adanya hubungan erat antara ASI dan kecerdasan anak. Selain itu, pemberian ASI juga dapat mengurangi resiko kanker payudara, kanker rahim, obesitas, dan sindrom pencernaan.
Dr. Dini Adityarini, Sp.A., dokter anak asal Surabaya mengatakan salah satu kesempurnaan ASI adalah kandungan protein khusus Heat Shock Protein 70 (HSP 70). Protein ini merupakan nutrisi pencegah kerusakan otak yang tidak terlihat dalam jangka pendek.
Protein HSP 70 hanya terdapat dalam ASI dan mampu mencegah kerusakan white matter pada otak. White matter adalah jaringan penghubung antar syaraf dalam otak. Kerusakan pada white matter berdampak jangka panjang dan menghambat perkembangan anak, seperti kecerdasan, perilaku, dan kemampuan bicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar